Selasa, 27 September 2011

pengaruh tiongwa terhadap betawi

Pengaruh Budaya Tionghoa di Betawi
Rate This Article:
1
Credit - kabarinews.com
“Seorang Eropa di bilangan Meester Cornels soeda pindjam oewang pada seorang Tjina di Pasar Baroe dengan menaruh gade doea erlodji emas.Kemoedian tiada brapa lama maka njatalah jang satoe dari doea erlodji itoe boekan emas, tapi hasil sapoean sadja.Dari sebab ittu maka itoee orang Tjina laloe membri taoe politie. Dianya diverhoer di sectie (Pembrita Betawi, 3 November 1879).”
Sejak masih bernama Batavia (Betawi, red) hingga berulang tahun yang ke 482 pada Juni kemarin, kota Jakarta memang diisi oleh penduduk yang multi etnis. Bisa dimaklumi karena selain sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda, kota Jakarta juga awalnya berada di sekitaran pelabuhan Sunda Kelapa, dimana banyak orang dari berbagai macam suku dan ras datang untuk berdagang termasuk orang-orang dari daratan China.
Photobucket
Dan artikel yang dipetik dari harian “Pembrita Betawi” diatas meneguhkan pembauran mereka dengan penduduk kota Batavia lainnya. Seperti dikutip dari budayawan Betawi, Ridwan Saidi, cikal bakal kebudayaan Betawi telah ada pada masa prasejarah. Yakni dengan adanya temuan arkeologis di Kelapa Dua, Condet dan Kali Ciliwung.
Sementara para ahli berpendapat yang dimaksud orang Betawi adalah keturunan dari unsur-unsur campuran sejak 400 tahun lalu. Masyarakat Betawi dan budayanya adalah hasil pembaruan berbagai unsur bangsa dan budaya. Seperti berasal dari Jawa, Bali, Bugis, Sunda, Melayu, maupun bangsa Cina, Arab, Portugis dan Belanda.
Namun terlepas dari asal-usul suku Betawi, tak dipungkiri sangat kental sekali bahwa budaya Betawi terpengaruh oleh budaya-budaya lain, terutama budaya masayarkat Tionghoa. Hal ini tak dibantah oleh Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Emma Agoes Bisri yang mengatakan kebudayaan Tionghoa cukup dominan dalam perkembangan kebudayaan Betawi. “Kita tidak bisa bilang seberapa besar Tionghoa pengaruhi budaya Betawi, karena banyak kebudayaan lain yg masuk ke Betawi. Tapi memang dominan dari Tionghoa itu." katanya.
Kosa Kata
Dalam kosa kata sehari-hari banyak istilah China yang sudah dianggap ‘punyanya’ orang Betawi. Padahal bukan. Seperti sebutan bilangan cepek (100), gopek (500), seceng (1000), atau panggilan engkong (kakek), sebutan Wa (yang diserap menjadi Gua, saya), dan Lu (kamu).
Kata-kata sebutan itu identik sekali dengan bahsa Betawai. Menurt sejarawan, hal itu karena memang jaman dahulu orang-orang Betawi dan China sudah bersosialisasi, baik sebagai teman,sahabat, relasi bisnis atau hubungan pembantu-majikan.
Pakaian
Pun demikian dengan busana, terutama busana tradisional Betawi. Busana tradisional kaum pria Betawi, menurut Ridwan Saidi, terdiri dari celana batik, baju tikim warna putih, kain plekat yang disampirkan di bahu, penutup kepala atau ikat batik. Baju tikim itulah yg berasal dari Tionghoa. Pakaian pengantin tradisional Betawi juga demikian, banyak dipengaruhi kebudayaan Tionghoa.
Kabari Juli 09, Seni, Tanjidor Betawi
Kesenian
Bidang lain yang mendapat pengaruh dr Cina adalah kesenian.Salah satunya gambang kromong, sejenis orkes tradisional Betawi yg memadukan gamelan dan musik Barat bernada pentatonis bercorak China. Begitu juga Cina memperkenalkan petasan dan kembang api sudah berlangsung lama di Betawi. Tahun 1721 dilaporkan ada gudang petasan yang meledak di daerah Pecah Kulit.
Arsitektur
Di bidang asrsitektur, pengaruh Tionghoa juga cukup kuat mempengaruhi orang Betawi ketika membangun rumah. Bagian depan rumah Betawi diberi hiasan pembatas berupa langkan (China: lan-kan, red). Lalu agar tampak indah dan tidak kusam, pintu dan jendela harus dicat (chat) ulang setiap tahun.

Di dinding tergantung lonceng (lo-ceng). Penghuni rumah tidur di pangkeng (pang-keng) ‘kamar tidur’. Sebelum tidur orang tentunya ingin kongko (kong-kou) atau ‘mengobrol’ terlebih dahulu sambil minum teh (te) dan makan kuaci (koa-ci). Sementara Ta’pang (tah-pang) ‘balai-balai’ atau ‘dipan’ dipakai untuk rebah-rebahan sambil bersantai.
Photobucket
Untuk memasak di dapur ada langseng (lang-sng) yang artinya kurang lebih ‘dandang’, anglo (hang-lou) ‘perapian dengan arang’. Meja bisa dibersihkan dengan topo’ (toh-pou) atau ‘lap meja’, atau pakai kemoceng (ke-mo-cheng) ‘bulu ayam’ untuk menghilangkan debunya. Untuk mengumpulkan sampah yang sudah disapu ada pengki (pun-ki). Sementara di tempat-tempat becek dulu orang suka memakai bakiak (bak-kiah).
Makanan
Di bidang makanan ada nama kecap yang berasal dari kata ke-ciap. Lalu nama-nama jenis bahan makanan seperti,  Mi (mi), bihun (bi-hun), tahu (tau-hu), toge (tau-ge), tauco (tau-cioun), kucai (ku-chai), lokio (lou-kio), juhi (jiu-hi), ebi (he-bi), dan tepung hunkwee (hun-koe) tak terpisahkan dari kuliner Betawi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar